WACANA KEINDAHAN ALAM: ANTARA KEINDAHAN DAN KEHANCURAN DALAM PUISI INDONESIA MODERN KARYA PESYAIR DI BALI PERIODE 1970—2010-AN
Puji Retno Hardiningtyas
Program Studi S-3 Ilmu Linguistik
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
Latar Belakang
Penelitian ini adalah penelitian ini
deskriptif kualitatif. Perhatian utama dalam penelitian ini adalah wacana keindahan
dan kehancuran lingkungan alam di Bali yang selama ini dalam dominasi orientasi
kosmosentris, teosentris, antroposentris, dan logosentris. Keberadaan
lingkungan terlalu jauh dari pusat orientasi pemikiran dan terpinggirkan oleh
pemangku kebijakan. Hal ini bertolak dari sejarah perubahan Bali dan
pembangunan pariwisata difokuskan oleh pemerintah pusat dan daerah awal tahun
1970-an. Selain itu, sebagai bukti sejarah perkembangan Bali dan masuknya
pariwisata yang menjadi objek material bagi pesyair dalam puisinya. Cikal bakan
jejaring pembangunan dan industri pariwisata Orde Baru dicatat oleh Picard.
Menurut Picard (2006: 60—61), Orde Baru lahir setelah krisis dan tragedi
politik 1965 memperoleh pengesahan kekuasaan dengan memulihkan kesetabilan politik
dan ekonomi Indonesia. Pada tahun selanjutnya, 1969, pemerintah mengundang tim
ahli asing untuk memikirkan pariwisata Bali. Pemerintah memperoleh bantuan dari
IBRD dan UNDP menyusun rencana induk pariwisata Bali yang dikerjakan oleh
konsultan Prancis, yaitu SCETO (Suryawan, 2010: 45). Tepatnya tahun 1972, SCETO
memberikan rancangan pariwisata dalam pengembangan pariwisata Bali, yaitu
pariwisata budaya (cultural tourism).
Dari gejala dari pembangunan Bali di sektor pariwisata ini, pesyair-pesyair
yang cenderung bergaya romantis mulai direkam puisi yang mengekspresikan
literer, berupa bangunan imajinasi keindahan dan kehancuran Bali dari
konfigurasi realitas pembangunan dan pengembangan Bali.
Pembatasan
pada puisi periode 1970-an—2010-an dilakukan karena genre yang paling
representatif untuk melihat wajah Bali, baik secara wacana puitis maupun wacana
publik. Penelitan ini bertolak pada anggapan bahwa perjalanan puisi periode
1970-an ini mengalami perkembangan dan dipengaruhi perubahan Bali dalam sektor
pariwisata. Pada dekade 1970-an dapat dikatakan sebagai satu tahap baru dalam
perkembangan sastra puisi Indonesia modern di Bali. Hampir secara serempak
muncul berbagai karya puisi yang mempertanyakan Bali yang bertahan dalam
mengembangkan nature-culture Bali. Di
sinilah pentingnya penelitian tentang lingkungan alam dalam puisi Indonesia
modern karya pesyair di Bali dilakukan. Untuk melihat wujud lingkungan alam,
baik itu keindahan maupun kehancuran di Bali dalam puisi Indonesia modern di
Bali ini dilihat dari tiga hal. Pertama,
hubungan manusia dengan lingkungan alam di Bali. Kedua, hubungan manusia dengan budaya Bali. Ketiga, hubungan manusia dengan kegiatan spiritual kepada Tuhan. Dengan
demikian, pemahaman sastra atas dasar lingkungan tersebut akan menguatkan
esensi sastra, terutama puisi-puisi lingkungan alam.
Tiga permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini, yaitu (1) wacana keindahan Bali dalam puisi Indonesia modern karya
pesyair di Bali periode 1970-an—2010-an; (2) wacana kehancuran Bali dalam puisi
Indonesia modern karya pesyair di Bali periode 1970-an—2010-an; (3) hubungan
antara wacana keindahan dan kehancuran yang terungkap dalam puisi Indonesia
modern karya pesyair di Bali periode 1970-an—2010-am yang dikaitkan dengan
realitas pembangunan di Bali. Dasar pemikiran yang digunakan dalam analisis ini
adalah teori ekokritik yang disampaikan Buell (1995) dan Garrad (2004). Selain
teori ekokritik, analisis data penelitian ini menggunakan teori semiotika
Pierce (1995) dan Metafora Halley (1980), sedangkan teori wacana van Djik
(1985) digunakan untuk mengetahui hubungan antara wacana keindahan dan
kehancuran dalam puisi Indonesia modern karya pesyair di Bali periode 1970-an—2010-an
dikaitkan dengan realitas pembangunan di Bali. Masalah
lingkungan alam dalam puisi-puisi Indonesia modern di Bali ini sangat penting
diteliti untuk mengidentifikasi pesona keindahan alam, masalah lingkungan alam,
perubahan lingkungan alam di Bali dari waktu ke waktu. Penelitian ini juga
sekaligus untuk memberikan gambaran sikap atau pandangan pesyair di Bali
terhadap masalah lingkungan alam, baik secara puitis maupun publik di Bali.
FAKULTAS ILMU BUDAYA