VALENSI VERBA BAHASA SASAK DIALEK KUTO-KUTE

`

VALENSI VERBA BAHASASASAK DIALEK KUTO-KUTE

 

Nurul Azizah

Program Studi S-3 Ilmu Linguistik

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

 

 

 Latar Belakang

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang membahas terkait valensi verba dalam bahasa Sasak dialek Kuto-Kute (BSDK). Dialek Kuto-Kute merupakan satu dari lima dialek bahasa Sasak yang digunakan di pulau Lombok bagian Utara. Dari kelima dialek tersebut, BSDK merupakan dialek yang paling berbeda dari keempat dialek lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan yang cukup mencolok dari segi fonologi, leksikon dan sintakis jika dibandingkan dengan dialek-dialek Sasak lainnya. Selain itu, berbeda dengan dialek-dialek lainnya terutama dialek Ngeno-Ngene (BSDN), penelitian terkait dialek ini secara khusus kurang mendapat perhatian di kalangan linguis. Hal ini dapat dilihat pada penelitian-penelitian besar yang kebanyakan melibatkan BSDN atau dialek lainnya dibandingkan dengan BSDK (lihat Austin 2010 ; Shibatani 2008; Arka, 2009). Padahal, jika ditinjau dari kajian mikro linguistik, perbedaan pada tataran fonologi, leksikon dan sintaksisnya menjadikan dialek tersebut sangat menarik untuk diteliti karena variasi yang terdapat pada tataran tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan pada proses perubahan valensi (Austin, 2010).

Valensi merupakan hubungan verba dengan unsur di sekitarnya. Valensi memberikan informasi terkait kaidah semantis dan fungsi sintaksis dari sebuah verba. Setiap kalimat dalam suatu bahasa pada dasarnya terbentuk atas dua lapis: segmental dan suprasegmental. Dalam lapis segmental, kalimat-kalimat dalam suatu bahasa umumnya dapat dipotong-potong atau disegmen-segmenkan menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian inti kalimat merupakan bagian yang sangat penting, oleh sebab itu, kehadirannya bersifat keharusan. Ketidakmunculannya di dalam suatu kalimat dapat membuat kalimat tersebut tidak berterima. Bagian-bagian inti dalam kalimat bergantung pada jenis ketransitifan kalimat tersebut. Apabila kalimat tersebut merupakan kalimat intransitif maka dia menuntut kehadiran bagian-bagian inti, yakni subjek dan predikat. Jika kalimat tersebut adalah kalimat transitif maka di dalam kalimat tersebut harus hadir bagian-bagian inti seperti agen, predikat dan objek, sedangkan apabila kalimatnya masuk dalam kategori perluasan transitif (dwitransitif/ditransitif), maka kalimat itu mengharuskan adanya bagian-bagian inti yang berupa agen, predikat, objek dan pelengkap/keterangan. Bagian inti tersebut adalah verba yang merupakan pengisi fungsi predikat, yang juga merupakan inti dari sebuah klausa (Dixon, 2005: 9). Verba disebut sebagai bagian terpenting karena verba yang menentukan jumlah frasa nomina (FN) yang harus hadir di dalam sebuah kalimat. Tidak hanya menentukan jumlah FN, verba ternyata juga dapat menentukan FN apa dan FN yang bagaimana yang dapat menjadi pendampingnya (Chafe, 1970: 70). Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri atau struktur semantik dari verba itu sendiri. Penentuan ini erat kaitannya dengan istilah valensi. Valensi merupakan kajian morfosintaksis. Proses morfologis dapat memberikan efek yang signifikan dalam sintaksis karena dapat memengaruhi pergeseran-pergeseran yang mungkin terjadi dalam struktur klausa, seperti perubahan fungsi gramatikal, perilaku argumen-argumennya, sistem diatesisnya, dan sebagainya.  Oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul “Valensi Verba Bahasa Sasak Dialek Kuto-Kute”.

Penelitian linguistik dengan BSDK sebagai objek penelitian sangat penting untuk dilakukan agar dapat memberikan gambaran (dokumentasi) yang lebih luas terhadap kajian-kajian Bahasa Sasak secara keseluruhan. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Tanjung dan hanya berfokus pada daftar kata 70 verba yang dikemukakan oleh Malchukov dan Comrie (2010) yang ketika diterjemahkan ke BSDK menghasilkan 68 verba. Lebih lanjut, penelitian ini dibedah dengan menggunakan teori tipologi linguistik yang dikemukan oleh Dixon (2005, 2010, 2012).

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1)       Untuk menjelaskan karakteristik semantik verba BSDK

2)       Untuk menjelaskan sistem morfologi verba dan struktur dasar klausa BSDK

3)       Untuk menjelaskan mekanisme perubahan valensi verba BSDK