STILISTIKA TEKS “WASIAT RENUNGAN MASA PENGALAMAN BARU” KARYA TUAN GURU KIAI HAJI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID

`

STILISTIKA TEKS “WASIAT RENUNGAN MASA PENGALAMANBARU” KARYA TUAN GURU KIAI HAJIMUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID

 

Oleh Bohri Rahman

Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru adalah Karya Tulis yang berupa syair karya Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (Lombok 1808-1997). Wasiat Renungan Pengalaman Baru tidak hanya dibaca sebagai karya sastra. Murid dan jamaah Nahdlatul Wathan (NW) menganggap Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru sebagai kata-kata seorang guru yang wajib ditaati dan dipercayai. Anggapan semacam ini membuat  interpretasi terhadap teks sebagai karya sastra berhenti. Teks kemudian dibaca sebagai pesan yang wajib diikuti tanpa harus berpikir tentang makna di balik makna karya sastra. Fenomena seperti inilah yang terjadi pada teks Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru.

Teks ini memiliki keunikan bahasa, keunikan bentuk, struktur, bahkan keunikan diksi yang digunakan. Bentuk yang ekspresif dan penggunaaan diksi dan majas menjadi masalah di masyarakat pembaca wasiat. Kenyataan yang demikian menjadi tantangan bagi peneliti untuk menjelaskan kepada masyarakat kemungkinan makna yang dimaksudkan teks. Terlebih lagi dalam wasiat tersebut terdapat bait yang kontradiktif dengan berbagai hal yang seharusnya menjadi acuan maknanya. Bait kontradiktif tersebut harus dibaca dan dipahami secara saksama dan mendalam untuk mendapatkan kemungkinan makna yang dimaksudkan oleh teks.

Permasalahan tersebut memerlukan beberapa teori untuk menjadi landasan dalam menganalisis dan menafsirkan kebermaknaan objek kajian dalam penelitian. Teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini pada prinsipnya meliputi teori yang dikembangkan di bawah teori analisis wacana sebagai teori payung. Oleh karena itu, pada penelitian ini analisis wacana sebagai teori induk bekerja bersama-sama dengan teori stilistika dan teori hermeneutika. Dengan demikian, paradigma penelitian ini adalah penelitian humaniora. Naungan di bawah paradigma humaniora  memandang penelitian kualitatif sebagai jenis penelitian yang paling relevan.