LANSKAP LINGUISTIK KRITIS SEBAGAI KONSEP ALTERNATIF DALAM MENGANALISIS WACANA SECARA KRITIS

`

LANSKAP LINGUISTIK KRITIS SEBAGAI KONSEP ALTERNATIF DALAMMENGANALISIS WACANA SECARA KRITIS

(Yendra, S.S., M. Hum.)

Program Studi Doktor (S3) Ilmu Linguistik Universitas Udayana

 

Aktivitas CL di ruang publik Kota Padang adalah aktivitas berkomunikasi
yang memiliki makna bawaan secara inheren yang dilekatkan oleh sang pembuat.
Terdapat pembagian makna dan nilai-nilai pada CL dalam tingkat partisipasi,
apresiasi, dan pemahaman yang berbeda. Dalam hal ini, CL diproduksi melalui
proses yang aktif dan dinamis, sehingga pembaca CL secara bersama-sama juga
mempunyai andil yang sama dalam memproduksi pemaknaan dan hubungan itu
menempatkan pembuat dan pembaca sebagai satu bagian dari hubungannya dengan
4
sistem tata nilai yang lebih besar dalam masyarakat. Maka dari itu, secara konseptual
mengacu pada konsep LL dapat dikatakan sebagai representasi pikiran manusia
(pembuat) yang ingin menyampaikan suatu maksud yang perlu dipahami secara kritis.
Selanjutnya, mengacu pula pada Gunther Kress (1993:174) yang menyatakan bahwa
tanda merupakan sebuah subjek yang dapat dibaca secara kritis, dan tidak ada tanda
yang muncul tanpa sebab begitu saja. Berkaitan dengan hal itu, van Leeuwen (1993)
juga menyatakan bahwa tidak peduli sebuah tanda di ruang publik terlihat seperti
tidak membawa idelogi apa-apa
(innocent), tetapi pada kenyataannya tanda tersebut
mungkin dapat menjadi instrumen yang kuat dalam memproduksi sebuah wacana
yang kemudian dapat mempengaruhi atau pun membentuk dunia sosial.
Dengan mengacu pada penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa keberadaan
CL di ruang publik Kota Padang bukanlah sesuatu yang kosong makna. CL di ruang
publik merupakan representasi suatu pikiran yang ingin menyampaikan suatu maksud
dan perlu dipahami secara kritis, karena tanda itu merupakan sebuah komunikasi
yang secara natural juga membawa suatu idologi sebagai penanda simbolik
(symbolic
marker)
dari praktik sosial (social practice), pengetahuan (knowledge), kekuatan
(power) yang berjalan bersama sistem semiotik dalam penempatan sosial (social
positioning),
dan berhubungan juga dengan kekuasaan (Torkington, 2009). Untuk itu,
fenomena CL di ruang publik Kota Padang sebagai sebuah bentuk komunikasi visual
di ruang publik dan sebagai sebuah bentuk sosialisasi masyarakat urban, berpotensi
untuk ditelaah lebih lanjut, terutama dalam mencari kaidah bentuk dan kategori
makna CL sebagai tanda bahasa di ruang publik sehingga dapat memberikan suatu
pengetahuan teoritis dalam pembacaan CL di ruang publik. Disamping itu, CL di
ruang publik Kota Padang perlu juga dianalisis lebih lanjut dalam perspektif wacana
secara kritis guna mencari tahu apakah setiap CL yang tersebar di ruang publik Kota
Padang tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya sebagai sebuah
kesatuan wacana